Berita  

Kehidupan Pahit Helwa Bachmid: Tanpa Nafkah dari Suami

Pengantar Cerita Helwa Bachmid

Helwa Bachmid, seorang perempuan asal Kalimantan, kini sedang menjadi sorotan publik setelah menyampaikan kisah hidupnya yang tragis. Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di YouTube, ia menceritakan bagaimana selama pernikahannya dengan Habib Bahar bin Smith, ia merasa terabaikan dan tidak pernah menerima nafkah yang layak. Pernyataan ini menggugah perhatian banyak orang, terutama wanita yang mengalami situasi serupa.

“Sejak awal menikah, saya merasa tidak pernah diperhatikan. Selama ini, semua harus saya tanggung sendiri,” ungkap Helwa dengan suara yang bergetar. Dalam video tersebut, ia berbagi tentang kondisi kehidupannya yang semakin sulit, terutama saat mengandung anak Habib.

Pengalaman Helwa bukan hanya menggambarkan kesedihan pribadi, tetapi juga menyoroti masalah yang lebih luas mengenai perlakuan yang adil terhadap perempuan dalam pernikahan. “Saya berharap dengan berbagi cerita, bisa membantu perempuan lain untuk berbicara tentang hak mereka,” tambahnya.

Masalah Ekonomi yang Menghimpit

Kisah kesulitan ekonomi Helwa menjadi bagian penting dari narasi hidupnya. Ia menceritakan bahwa sering kali ia harus menjual barang-barang berharga hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya pernah menjual cincin dan ponsel agar bisa pergi ke USG,” ujarnya. Perpindahan barang-barang pribadi tersebut adalah untuk mendapatkan uang yang sangat dibutuhkan, menunjukkan betapa sulitnya kondisi mereka.

Ibunya, Chairiah Alkatiri, menyaksikan langsung perjuangan tersebut. “Kadang, kami hanya bisa makan nasi yang dicampur teh manis karena tidak ada bahan makanan lain,” ungkap Chairiah, menambahkan beratnya beban yang harus mereka hadapi. Keterbatasan ini memperlihatkan betapa dalamnya kesulitan yang mereka alami, terutama pada saat-saat kritis seperti kehamilan.

Helwa mengungkapkan, “Setiap kali kami meminta uang kepada suami, dia tidak pernah membalas pesan WhatsApp.” Rasa diabaikan ini semakin memperdalam luka di hati Helwa dan keluarganya.

Harapan yang Memudar

Di tengah segala kesulitan ini, harapan memang terkadang terasa semakin samar. Helwa menceritakan insiden ketika ibunya mengirimkan foto kulkas mereka yang kosong kepada Habib, berharap akan mendapat perhatian. “Dia malah menjawab bahwa dia juga tidak makan selama tiga hari,” kata Chairiah, memberikan gambaran betapa kurangnya empati dari suami Helwa.

“Rasa sakit ini sangat mendalam. Kami hanya ingin dijaga dan diperhatikan seperti seharusnya,” ungkap Helwa dengan emosi yang kuat. Permintaan sederhana untuk perhatian dan dukungan disambut dengan ketidakpedulian, membuat Helwa merasa semakin terasing.

Bahkan di saat-saat sulit seperti ini, mereka tetap berupaya untuk bertahan dan mengandalkan satu sama lain. Chairiah menekankan bahwa kekuatan keluarga adalah satu-satunya hal yang tetap ada. “Kami harus saling mendukung, karena itu yang membuat kami tetap bertahan,” jelasnya.

Suara dari Masyarakat

Setelah kisah Helwa viral di media sosial, respons dari masyarakat pun beragam. Banyak komentar yang menyatakan solidaritas dan dukungan terhadap Helwa. “Ini adalah cerita yang harus didengar oleh semua orang. Kita perlu memperhatikan hak-hak perempuan,” kata seorang netizen.

Kisah Helwa menciptakan kesadaran baru di kalangan masyarakat. “Banyak perempuan yang merasa kesepian dalam perjuangan mereka. Kita harus berbicara, agar suara kita terdengar,” ungkap seorang aktivis yang tergerak oleh kisah ini. Mereka percaya bahwa dengan mengangkat cerita seperti ini, kesadaran akan perlunya keadilan gender bisa tumbuh.

Bukan hanya Helwa yang berjuang, tetapi juga banyak perempuan di luar sana yang terjebak dalam hubungan yang tidak adil. “Kami harus berjuang bersama untuk mendapatkan hak yang seharusnya kami miliki,” tambah Helwa, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memperjuangkan keadilan.

Pentingnya Keadilan Gender

Kisah Helwa adalah pengingat tentang pentingnya keadilan gender dalam hubungan pernikahan. “Setiap pasangan harus saling mendukung dan menghormati. Tidak ada satu pihak yang boleh diabaikan,” ungkap seorang pemikir sosial. Situasi Helwa menunjukkan perlunya kesadaran tentang posisi perempuan dalam rumah tangga.

Helwa berharap pendengar dapat belajar dari sejarahnya. “Kami tidak boleh ragu untuk berbicara dan meminta apa yang seharusnya menjadi hak kami,” tegasnya. Harapan ini disampaikan agar perempuan lain tidak merasa sendirian dalam perjuangan mereka.

“Setiap suara perempuan harus didengar. Ini adalah momen untuk menciptakan perubahan positif yang menguntungkan semua pihak,” tambah Chairiah.

Menghadapi Masa Depan yang Tidak Pasti

Meskipun situasi sulit, Helwa bertekad untuk menghadapi masa depan dengan harapan. “Saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya. Harapan adalah satu-satunya yang bisa kami pegang,” ungkapnya. Hal ini memberikan motivasi bagi Helwa untuk terus berjuang meskipun dalam ketidakpastian.

Perjuangannya tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk anak yang akan dilahirkannya. “Saya ingin anak saya bisa tumbuh di lingkungan yang lebih baik. Dia layak mendapatkan cinta dan perhatian,” kata Helwa, menegaskan impian itu.

Dukungan dari masyarakat menjadi penting bagi Helwa untuk mencapai impiannya. “Kami ingin semuanya lebih baik—untuk kami dan untuk generasi selanjutnya,” tuturnya dengan penuh keyakinan.

Solidaritas dari Komunitas

Dukungan komunitas mulai berdatangan setelah kisah Helwa tersebar. Berbagai organisasi perempuan dan aktivis siap membantu memperjuangkan hak-hak perempuan dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu tersebut. “Kami siap berdiri bersama Helwa dan perempuan lainnya yang mengalami masalah yang sama,” ungkap seorang aktivis.

“Semua perempuan harus merasa aman untuk berbicara. Bergabunglah dalam solidaritas ini,” tambahnya. Mereka percaya bahwa dengan dukungan satu sama lain, mereka dapat menciptakan perubahan yang signifikan.

Hal ini mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap isu-isu sosial yang ada. “Kami berharap semua orang bisa ikut berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk perempuan,” kata Chairiah, mewakili harapan mereka untuk masa depan.

Penutup: Jeritan Kebangkitan

Kisah Helwa Bachmid adalah panggilan untuk tindakan. “Kita harus berjuang demi hak-hak kita. Suara kita penting,” tutupnya dengan tegas. Keberaniannya dalam membuka mulut mengenai masalah ini menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk tidak takut bersuara.

Melalui perjuangan ini, Helwa berharap semoga ada lebih banyak perempuan yang berani berbicara tentang pengalaman mereka. Setiap langkah kecil menuju keadilan membawa dampak besar bagi perubahan sosial.

“Jangan pernah berhenti berjuang. Setiap perempuan berhak untuk hidup dengan bahagia dan dihargai,” pungkas Helwa, mencerminkan semangat tak tergoyahkan dalam memperjuangkan haknya. سفرهم في عالم مظلم.

Exit mobile version