Perseteruan yang Memanas
Rizky Kabah Nizar, yang dikenal dengan nama Rizky Kabah, adalah seorang kreator konten yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Ia terkenal di media sosial, khususnya TikTok, dengan akun @riezky.kabah yang memiliki lebih dari 2,6 juta pengikut. Namun, popularitasnya tidak datang tanpa kontroversi. Rizky baru-baru ini menjadi sorotan publik karena pernyataannya yang dianggap menghina masyarakat Suku Dayak.
Kasus ini berawal dari video yang diunggahnya, di mana ia menyatakan bahwa suku Dayak menganut ilmu hitam. Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi keras dari masyarakat Dayak dan berbagai organisasi kepemudaan. Mereka merasa terdiskriminasi dan direndahkan oleh ucapannya. “Ini bukan hanya lelucon, tetapi merusak martabat kami sebagai suku,” ujar salah satu tokoh masyarakat Dayak.
Rizky, yang berusia 22 tahun, tampaknya tidak merasa bersalah. Ia berulang kali menegaskan bahwa ia tidak akan meminta maaf atas pernyataannya. “Saya hanya berbicara berdasarkan fakta yang saya dapatkan dari berbagai sumber,” ujarnya dalam video klarifikasi yang diunggah di akun TikTok-nya.
Kontroversi yang Berulang
Ini bukan pertama kalinya Rizky berurusan dengan hukum. Sebelumnya, ia juga pernah dilaporkan karena menghina profesi guru dalam sebuah video yang viral. Dalam video tersebut, Rizky menyebutkan bahwa semua guru “jahat dan korupsi,” pernyataan yang langsung mengundang kemarahan dari kalangan pendidik. Setelah video tersebut viral, Rizky akhirnya meminta maaf kepada seluruh guru di Indonesia, mengklaim bahwa pernyataannya berasal dari pengalaman pribadinya yang buruk.
Namun, dengan kasus terbaru ini, Rizky tampaknya tidak belajar dari kesalahannya. Masyarakat Dayak merasa bahwa Rizky tidak hanya menghina mereka, tetapi juga mengabaikan reaksi yang muncul dari ucapannya. “Kami merasa bahwa dia terus menerus menantang kami dengan konten-kontennya,” ujar ketua ormas yang mewakili masyarakat Dayak.
Rizky tidak hanya mengabaikan reaksi negatif terhadap kontennya, tetapi juga melanjutkan untuk memposting video-video sehari-harinya, seolah tidak ada masalah yang sedang dihadapinya. Sikapnya yang tengil ini semakin membuat banyak orang geram.
Penangkapan yang Mengejutkan
Setelah dua kali mangkir dari panggilan Polda Kalbar, Rizky akhirnya ditangkap pada 1 Oktober 2025. Penangkapan dilakukan oleh Tim Subdit Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalbar di sebuah rumah kost di Jakarta Pusat. Momen penangkapannya menjadi sorotan, terutama karena sebelum ditangkap, Rizky masih sempat mengunggah story di Instagram yang menunjukkan sikap santainya.
Dalam story tersebut, Rizky mengenakan kemeja hitam, berkacamata, dan masker. Ia terlihat menggigit jari telunjuknya sambil menuliskan, “Hot news will begin darling.” Ini menunjukkan bahwa Rizky tetap percaya diri meskipun dalam situasi hukum yang serius.
Kepala Bidang Humas Polda Kalbar, Kombes Bayu Suseno, mengkonfirmasi penangkapan tersebut dan menyatakan bahwa Rizky telah diamankan di Polda Kalbar. “Kami memiliki bukti yang cukup untuk menetapkannya sebagai tersangka,” ungkapnya. Rizky ditangkap setelah penyidik melakukan gelar perkara dan memastikan adanya bukti yang mendukung laporan masyarakat.
Proses Hukum dan Bukti yang Diperoleh
Setelah ditangkap, Rizky ditetapkan sebagai tersangka pada 2 Oktober 2025. Penyidik mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk dua unit handphone, akun TikTok, dan beberapa tangkapan layar dari konten yang dianggap menghina. Rizky dijerat dengan Pasal 45A Ayat (2) Jo. Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
“Ruang digital bukan tempat bebas tanpa aturan. Kami ingin menegaskan bahwa setiap konten yang mengandung ujaran kebencian atau provokasi akan ditindak sesuai hukum,” tegas Kombes Burhanuddin, Dirreskrimsus Polda Kalbar. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pihak kepolisian serius dalam menanggapi kasus-kasus yang melibatkan konten negatif di media sosial.
Rizky kini harus menghadapi konsekuensi dari setiap tindakan dan ucapannya. Penetapan status tersangka ini menjadi momen penting dalam perjalanan kariernya sebagai seorang kreator konten. Apakah ia akan mampu memperbaiki citranya setelah masalah hukum ini, atau justru semakin tenggelam dalam kontroversi?
Reaksi Publik dan Media Sosial
Penangkapan Rizky Kabah memicu beragam reaksi di media sosial. Banyak netizen yang menyambut baik tindakan tegas dari aparat hukum, sementara yang lain menganggapnya sebagai pembatasan terhadap kebebasan berekspresi. Beberapa pengguna media sosial berkomentar bahwa Rizky seharusnya diberikan kesempatan untuk menjelaskan niatnya, bukan langsung ditangkap.
“Setiap orang berhak untuk berbicara, meskipun itu kontroversial. Kita perlu diskusi yang lebih terbuka,” tulis seorang netizen. Namun, banyak juga yang mendukung tindakan hukum yang diambil, menganggapnya sebagai langkah yang tepat untuk melindungi budaya dan martabat masyarakat.
Kontroversi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya etika dalam berkarya di media sosial. “Kreator konten harus lebih bijaksana dalam memilih tema dan materi yang akan disajikan. Ucapan bisa berdampak besar,” ujar seorang pengamat media. Dengan demikian, diharapkan kasus ini menjadi pelajaran bagi semua kreator konten di Indonesia.
Harapan untuk Masa Depan
Dengan adanya kasus Rizky Kabah, harapan untuk masa depan adalah agar semua kreator konten menyadari tanggung jawab mereka dalam menyajikan informasi dan hiburan. Kebebasan berpendapat harus diimbangi dengan tanggung jawab, terutama ketika berkaitan dengan budaya dan identitas suatu suku.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk terus menindak tegas setiap konten yang mengandung ujaran kebencian atau provokasi. “Kami ingin menciptakan ruang digital yang aman dan nyaman bagi semua orang,” ungkap Kombes Burhanuddin. Ini menunjukkan bahwa penegakan hukum di era digital menjadi semakin penting.
Rizky Kabah kini harus menghadapi proses hukum yang panjang. Masyarakat dan pengamat akan terus memantau perkembangan kasus ini dan melihat apakah Rizky akan belajar dari pengalaman ini. Apakah ia akan bangkit kembali atau terpuruk dalam masalah hukum yang melilitnya?
Kasus ini menjadi pengingat bahwa setiap individu, terutama publik figur, harus menghormati budaya dan tradisi orang lain. Setiap tindakan dan ucapan memiliki konsekuensi, dan penting untuk selalu berpikir sebelum berbicara, terutama di era digital yang serba terbuka ini.
