Matcha vs Hojicha: Dua Teh Jepang dengan Karakter yang Sangat Berbeda

Sama Tapi Beda, Inilah 6 Perbedaan Matcha dan Hojicha

Teh Jepang selalu punya daya tarik yang khas. Di antara sekian banyak jenis teh hijau, ada dua nama besar yang paling sering muncul di kafe modern maupun upacara tradisional Jepang, yaitu Matcha dan Hojicha. Sekilas keduanya sama-sama berbasis teh hijau, tetapi proses pengolahan membuat hasil akhirnya benar-benar berbeda. Matcha identik dengan warna hijau cerah, rasa umami, dan citra premium. Hojicha tampil sederhana dengan warna cokelat kemerahan, aroma panggang, dan nuansa hangat yang menenangkan. Mari kita kupas perbedaan mendasar keduanya.


1. Makna Nama dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang selalu menyimpan filosofi dalam huruf dan istilahnya.

  • Matcha (抹茶) terdiri dari kata (ma) yang berarti digiling atau bubuk dan (cha) yang berarti teh. Jadi matcha secara harfiah adalah teh bubuk. Proses penggilingan menjadi kunci utama dalam pembuatan matcha.
  • Hōjicha (焙じ茶 / ほうじ茶) berasal dari kata kerja 焙じる (hojiru) yang berarti memanggang. Bagian 焙じ (hōji) kemudian digabung dengan (cha) yang berarti teh. Artinya jelas, hojicha adalah teh panggang.

Nama keduanya bukan sekadar istilah, melainkan representasi nyata dari proses produksi.


2. Sejarah dan Popularitas

Matcha memiliki sejarah panjang sejak abad pertengahan Jepang dan menjadi bagian penting dalam upacara minum teh (chanoyu). Kehadirannya erat kaitan dengan nilai spiritual, estetika, dan budaya Zen. Popularitas matcha meroket secara global sejak awal 2010-an ketika tren kafe modern memperkenalkannya ke dalam berbagai menu latte, dessert, hingga smoothie.

Hojicha jauh lebih muda usianya. Teh ini pertama kali muncul di Kyoto pada tahun 1920-an ketika seorang pedagang teh mencoba memanggang daun dan batang teh yang tersisa. Eksperimen sederhana itu menghasilkan aroma smoky dan rasa lembut yang akhirnya menjadi ciri khas hojicha. Dari sana, hojicha berkembang sebagai teh rakyat Jepang untuk konsumsi harian.


3. Tampilan Visual

Perbedaan paling mudah dikenali adalah warna.

  • Matcha berwarna hijau cerah pekat yang sangat menarik perhatian. Cocok untuk minuman estetik maupun olahan makanan karena visualnya langsung memikat.
  • Hojicha menampilkan warna cokelat kemerahan hingga tembaga, memberikan kesan hangat dan kalem. Secara visual lebih mirip kopi, sehingga sering membingungkan orang yang baru mengenalnya.

4. Kualitas Daun dan Proses Panen

Matcha menggunakan daun teh khusus bernama Tencha. Sekitar 20 hari sebelum panen, kebun teh ditutup dari sinar matahari agar kadar klorofil meningkat. Hasilnya daun berwarna hijau cerah dengan rasa kaya umami. Setelah dipanen, daun dikukus, dikeringkan, dipisahkan dari batang dan urat, lalu digiling halus menggunakan batu penggiling tradisional.

Hojicha lebih fleksibel. Bisa dibuat dari daun teh kualitas sedang seperti Sencha atau Bancha, bahkan dari batang dan ranting teh (Kukicha). Setelah dipetik, daun dipanggang dengan wajan porselen di atas arang. Proses pemanggangan inilah yang mengubah warna daun menjadi cokelat, menurunkan kadar kafein, dan menciptakan aroma khas roasted.


5. Rasa, Aroma, dan Kandungan

  • Matcha memiliki rasa umami yang tebal dengan sentuhan manis alami. Aromanya segar, vegetal, dan sedikit seperti rumput laut. Kandungan kafein cukup tinggi sekitar 70 sampai 85 mg per cangkir. Namun efeknya tidak terlalu membuat gelisah karena L-theanine dalam matcha membantu menyeimbangkan stimulasi kafein dengan rasa tenang.
  • Hojicha punya rasa ringan, smoky, dengan aroma panggang menyerupai karamel. Kandungan kafeinnya sangat rendah, hanya sekitar 7 sampai 10 mg per cangkir. Inilah sebabnya hojicha populer sebagai minuman malam hari yang menenangkan tanpa mengganggu tidur.

6. Manfaat Kesehatan

Matcha terkenal sebagai superfood. Antioksidan utama dalam matcha adalah EGCG (Epigallocatechin Gallate) yang bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme, mendukung kesehatan jantung, memperkuat sistem imun, dan membantu menurunkan stres. Kandungan serat dan klorofilnya juga mendukung detoksifikasi tubuh.

Hojicha tetap memiliki polifenol dan antioksidan meski berkurang karena proses roasting. Keunggulan utamanya terletak pada kandungan kafein yang rendah sehingga aman untuk anak-anak, lansia, atau orang yang sensitif terhadap kafein. Efek relaksasi dari hojicha juga baik untuk pencernaan dan menjaga kualitas tidur.


Kesimpulan: Dua Sisi dari Satu Pohon Teh

Dari satu pohon teh yang sama, lahir dua pengalaman minum yang sangat berbeda. Matcha memberikan energi, fokus, dan visual estetik yang kuat. Hojicha menghadirkan kehangatan, ketenangan, dan kesederhanaan yang menenangkan.

Keduanya bukan untuk dibandingkan secara superior atau inferior. Justru keindahannya ada pada cara keduanya saling melengkapi. Minum matcha di pagi hari untuk semangat dan produktivitas, lalu beralih ke hojicha di malam hari untuk relaksasi. Dengan begitu kamu bisa merasakan keseimbangan antara energi dan ketenangan dalam satu hari penuh.