Latar Belakang Kasus
Kasus penculikan anak kembali mencuat di Medan, Sumatera Utara, ketika seorang anak berusia 8 tahun menjadi korban penculikan yang dilakukan oleh tiga pelaku. Penculikan ini terjadi pada Kamis, 31 Juli 2025, saat korban pulang dari sekolah. Masyarakat setempat terkejut saat mengetahui bahwa salah satu pelaku ternyata adalah kerabat dekat dari ibu korban, yang seharusnya menjadi orang yang melindungi, bukan justru mengancam.
Kejadian ini memicu kepanikan di kalangan orang tua dan masyarakat. “Saya tidak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi di sekitar kita. Ini sangat mengejutkan,” ungkap seorang warga yang tinggal di dekat sekolah korban. Dengan adanya ancaman yang menyebutkan bahwa organ tubuh korban akan dijual jika tebusan tidak dibayar, suasana menjadi semakin mencekam.
Proses Penangkapan Pelaku
Setelah mendapatkan laporan dari orang tua korban, pihak kepolisian bergerak cepat untuk menyelidiki kasus ini. Tim dari Polres Pelabuhan Belawan melakukan berbagai upaya, termasuk memeriksa rekaman CCTV dan memantau jejak digital. “Kami bekerja keras untuk menemukan pelaku dan menyelamatkan korban,” kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Riffi Noor Faizal.
Dalam penyelidikan tersebut, petugas berhasil menemukan salah satu pelaku, Julia Hasibuan (40), yang ditangkap di rumahnya di Marelan I Pasar IV, Kelurahan Terjun. Penangkapan ini menjadi titik awal bagi penangkapan dua pelaku lainnya, yaitu Nurhayati (52) dan Firda Hermayati (40), yang juga teridentifikasi sebagai kerabat korban.
Pengakuan Pelaku dan Keterlibatan Kerabat
Setelah ditangkap, Julia mengakui keterlibatannya dalam penculikan ini. Dalam interogasi, dia mengungkapkan identitas pelaku lainnya dan menjelaskan motif di balik penculikan tersebut. “Kami terdesak masalah ekonomi dan merasa tidak punya pilihan lain,” ungkap Julia. Pengakuan ini mengejutkan keluarga korban, yang tidak pernah menyangka bahwa orang-orang terdekat bisa berbuat demikian.
“Ini adalah pengkhianatan yang sangat menyakitkan. Kami tidak bisa percaya bahwa kerabat kami sendiri bisa melakukan hal seperti ini,” kata ibu korban dengan nada sedih. Kejadian ini mengingatkan masyarakat bahwa bahaya bisa datang dari orang-orang terdekat, bukan hanya dari orang asing.
Kronologi Penculikan
Penculikan berlangsung sekitar pukul 10.25 WIB saat korban pulang dari sekolah. Pelaku yang telah mengawasi korban sebelumnya menunggu kesempatan untuk melakukan aksinya. Setelah berhasil membawa korban, para pelaku segera menghubungi keluarga dan mengirimkan surat ancaman yang meminta tebusan.
Dalam surat tersebut, keluarga korban diminta untuk membayar tebusan sebesar Rp 50 juta, dan jika tidak dipenuhi, mereka mengancam akan menjual organ tubuh anak tersebut. “Kami sangat ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa. Kami langsung melapor ke polisi,” kata orang tua korban.
Penemuan Korban
Berkat kerja sama yang solid antara polisi dan masyarakat, korban berhasil ditemukan di sebuah rumah warga di Jalan Yos Sudarso, Medan. Korban ditemukan dalam keadaan selamat pada dini hari sekitar pukul 00.10 WIB. “Kami sangat bersyukur anak kami ditemukan dalam keadaan baik. Ini adalah keajaiban,” ungkap orang tua korban.
Penemuan ini menjadi berita baik di tengah kesedihan dan ketakutan yang dialami keluarga. “Kami tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika polisi tidak cepat bertindak,” tambah mereka.
Proses Hukum Terhadap Pelaku
Ketiga pelaku kini telah diamankan di Polres Pelabuhan Belawan dan akan dijerat dengan Pasal 76 F Jo Pasal 83 UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, serta Pasal 55 dan 56 KUHP. Jika terbukti bersalah, mereka dapat menghadapi hukuman yang berat.
“Proses hukum akan kami jalankan secepatnya. Kami tidak akan membiarkan pelaku kejahatan seperti ini bebas,” tegas Riffi Noor Faizal. Penegakan hukum yang tegas diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak.
Reaksi Masyarakat Terhadap Kejadian
Berita tentang penculikan ini segera menyebar di kalangan masyarakat, memicu berbagai reaksi. Banyak yang merasa marah dan tidak percaya bahwa kasus seperti ini bisa terjadi, terutama melibatkan kerabat dekat. “Kami sangat khawatir tentang keselamatan anak-anak di lingkungan kami,” kata seorang ibu yang memiliki anak di sekolah yang sama.
Masyarakat pun mulai lebih waspada terhadap lingkungan sekitar. “Kami sekarang lebih sering mengingatkan anak-anak untuk tidak pulang sendirian dan selalu berhati-hati,” tambahnya. Kesadaran akan keselamatan anak menjadi perhatian utama bagi orang tua.
Pentingnya Edukasi dan Kesadaran
Kasus ini membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya edukasi tentang keamanan anak. Banyak pihak menekankan perlunya sosialisasi tentang cara melindungi anak dari penculikan. “Orang tua harus lebih aktif dalam mengawasi anak dan memberikan edukasi tentang bahaya yang mungkin dihadapi,” kata seorang aktivis perlindungan anak.
Sekolah-sekolah juga diharapkan dapat berperan dalam memberikan informasi kepada siswa mengenai keselamatan. “Kami akan mengadakan seminar tentang keamanan anak dan cara melindungi diri,” ungkap kepala sekolah salah satu SD di Medan.
Kesimpulan
Kasus penculikan anak di Medan ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa bahaya bisa datang dari mana saja, bahkan dari orang terdekat. Penegakan hukum yang tegas diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak.
Dengan penemuan korban yang selamat, keluarga dapat kembali bersatu. Namun, masyarakat harus tetap waspada dan proaktif dalam melindungi anak-anak mereka dari ancaman yang mungkin terjadi di masa depan. “Kita semua harus berperan aktif dalam menjaga keselamatan anak-anak kita,” tutup seorang warga.











