Berita  

DPRD Kalsel Minta Kepala SMAN 1 Sungai Tabuk Dicopot Usai Perpisahan di Tempat Hiburan Malam

Pendahuluan

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kembali menjadi sorotan setelah acara perpisahan siswa SMAN 1 Sungai Tabuk diadakan di Hexagon, sebuah tempat hiburan malam. Kejadian ini memicu reaksi keras dari DPRD Kalsel yang mendesak agar Kepala Sekolah Elly Agustina dicopot dari jabatannya. Kontroversi ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang etika pendidikan dan tanggung jawab lembaga sekolah dalam mendidik generasi muda.

Latar Belakang Kasus

Acara perpisahan yang digelar di lokasi yang tidak layak ini langsung mengundang kritik dari berbagai pihak. Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, Jihan Hanifha, menegaskan bahwa tindakan tersebut sangat tidak pantas dan melanggar aturan resmi yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. “Kegiatan perpisahan seharusnya dilakukan di tempat yang sesuai dengan norma pendidikan. Tempat hiburan malam jelas bukan pilihan yang tepat,” ujarnya.

Jihan menambahkan bahwa pihak sekolah seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih lokasi untuk acara yang melibatkan siswa. “Sebagai orang tua, saya sangat kecewa. Kita menginginkan pendidikan yang baik bagi anak-anak kita, bukan justru membawa mereka ke tempat yang salah,” tegasnya.

Pertemuan dengan Pihak Sekolah

Setelah desakan tersebut, Elly Agustina dipanggil ke DPRD untuk memberikan klarifikasi mengenai peristiwa ini. Dalam pertemuan yang berlangsung pada Senin (19/5), Elly mengakui bahwa ia tidak mempertimbangkan lokasi dengan matang. “Saya kira acara ini akan berlangsung di cafe biasa. Saya tidak menyadari bahwa ini adalah tempat hiburan malam,” ujarnya.

Jihan Hanifha menanggapi pernyataan tersebut dengan skeptis. “Sebagai pemimpin sekolah, seharusnya Anda lebih bertanggung jawab. Ini bukan hanya kesalahan lokasi, tetapi juga mencerminkan kurangnya perhatian terhadap etika pendidikan,” katanya.

Tanggapan Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan juga terlibat dalam kontroversi ini. Sekretaris Dinas Pendidikan, Hadeli Rosyaidi, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memberikan teguran kepada kepala sekolah. “Kami sudah memanggil kepala sekolah untuk memberikan klarifikasi. Kami juga akan menindaklanjuti sesuai prosedur,” ujarnya.

Namun, Hadeli menegaskan bahwa sanksi administratif saja tidak cukup untuk mengatasi masalah ini. “Kami harus memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Tindakan tegas diperlukan,” tegasnya.

Reaksi Masyarakat dan Orang Tua

Masyarakat dan orang tua siswa menunjukkan keprihatinan yang mendalam terhadap keputusan sekolah. “Sebagai orang tua, saya sangat kecewa. Kita berharap sekolah dapat memberikan contoh yang baik, bukan membawa anak-anak ke tempat yang salah,” kata salah satu orang tua siswa.

Reaksi keras juga datang dari netizen di media sosial. Banyak yang mengecam tindakan pihak sekolah dan mendesak agar ada tindakan tegas. “Kita tidak ingin anak-anak kita terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan mendidik,” tulis seorang pengguna media sosial.

Desakan untuk Sanksi Tegas

Jihan Hanifha menegaskan bahwa pencopotan Kepala SMAN 1 Sungai Tabuk adalah langkah yang paling logis. “Jika tidak ada tindakan tegas, ini bisa menjadi preseden buruk bagi sekolah lain. Harus ada sanksi berat agar semua pihak menyadari tanggung jawab mereka,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa pihak sekolah telah menyatakan kesiapan untuk menerima sanksi dan tinggal menunggu keputusan dari Dinas Pendidikan. “Kami berharap Dinas Pendidikan segera mengambil tindakan agar kasus ini tidak terulang,” kata Jihan.

Kesimpulan

Kasus perpisahan siswa di SMAN 1 Sungai Tabuk ini menjadi sorotan penting bagi dunia pendidikan di Kalimantan Selatan. Tindakan kepala sekolah yang menggelar acara di tempat hiburan malam mencerminkan kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab pendidikan.

DPRD Kalsel dan Dinas Pendidikan diharapkan mengambil langkah tegas untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang. Pendidikan harus menjadi tempat untuk membentuk karakter dan moral siswa, bukan sebaliknya. Masyarakat berharap agar institusi pendidikan dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa depan anak-anak.